Pembaca yang budiman, ilmu tentang mengenal  Alloh dan Rosul-Nya merupakan ilmu yang paling mulia. Imam Ibnul Qoyyim  rohimahulloh mengatakan,  “Kemuliaan sebuah ilmu mengikuti kemuliaan objek yang  dipelajarinya.” Dan tentunya, tidak diragukan lagi  bahwa pengetahuan yang paling mulia, paling agung dan paling utama adalah  pengetahuan tentang Alloh di mana tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah  kecuali Dia semata, Robb semesta alam.
Ilmu Tentang Alloh Adalah Pokok dari Segala  Ilmu
Ilmu tentang Alloh adalah pokok dan sumber  segala ilmu. Maka barangsiapa mengenal Alloh, dia akan mengenal yang selain-Nya  dan barangsiapa yang jahil tentang Robb-nya, niscaya dia akan lebih jahil  terhadap yang selainnya. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh,  lalu Alloh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” (Al-Hasyr: 19). Ketika seseorang lupa terhadap dirinya, dia pun  tidak mengenal hakikat dirinya dan hal-hal yang merupakan kemaslahatan  (kebaikan) bagi dirinya. Bahkan ia lupa dan lalai terhadap apa saja yang  merupakan sebab bagi kebaikan dan kemenangannya di dunia dan di akhirat. Maka,  jadilah dia seperti orang yang ditinggalkan dan ditelantarkan, yang berstatus  seperti binatang ternak yang dilepas dan dibiarkan pergi sekehendaknya, bahkan  mungkin saja binatang ternak lebih mengetahui kepentingan dirinya  daripadanya.
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata, “Manusia yang paling sempurna ibadahnya adalah seorang yang  beribadah kepada Alloh dengan semua nama dan sifat-sifat Alloh yang diketahui  oleh manusia”. Beliau juga berkata, “Yang jelas, bahwa ilmu tentang Alloh adalah pangkal segala ilmu  dan sebagai pokok pengetahuan seorang hamba akan kebahagiaan, kesempurnaan dan  kemaslahatannya di dunia dan di akhirat.” (Miftaah Daaris Sa’aadah).
Hampir Setiap Ayat Dalam Al-Qur’an Menyebutkan  Nama dan Sifat Alloh
Alloh telah memperkenalkan diri-Nya kepada  hamba-hamba-Nya dengan memberitahukan nama-nama-Nya yang paling indah dan  sifat-sifat-Nya yang paling mulia. Semua itu disebutkan dalam Kitab-Nya dan  Sunnah Rosul-Nya. Bahkan kita jumpai, hampir pada setiap ayat Alqur’an yang kita  baca selalu berakhir dengan peringatan atau penyebutan salah satu dari nama-nama  Alloh atau salah satu dari sifat-sifat-Nya. Sebagai contoh, firman Alloh yang  artinya, “…Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha  Penyayang.” (At-Taubah: 5) dan juga firman-Nya yang  artinya, “…Dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha  Bijaksana.” (An-Nisaa’: 17)
Hal ini semua disebabkan karena nama-nama yang  terbaik dan sifat-sifat yang mulia ini memiliki daya pengaruh dan membekas dalam  hati seorang yang mengetahui-Nya, hingga ia selalu merasa terawasi oleh Alloh  dalam segala aspek kehidupannya. Dengan demikian, sempurnalah rasa malunya dari  bermaksiat kepada Alloh.
Yang Paling Takut Kepada Alloh Adalah yang  Paling Mengenal Alloh
Semakin tinggi pengetahuan seorang hamba kepada  Robb-nya, maka ia akan semakin takut kepada-Nya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya,  hanyalah para ulama.” (Faathir: 28)
Orang yang paling mengenal dan paling  mengetahui Alloh adalah Rosululloh shollallohu ‘alaihi  wa sallam. Oleh karena itu, beliau senantiasa dalam  keadaan takut dari perbuatan durhaka terhadap Robb-nya, dan tentu kita telah  mengetahui siapa beliau. Karena Alloh telah memerintahkannya untuk mengatakan,  “Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari  yang besar (hari Kiamat), jika aku mendurhakai Robbku’.” (Al-An’aam: 15)
Sebab, ahli tauhid yang benar-benar mengenal  Alloh memandang bahwa kemaksiatan itu, meskipun kecil, ibarat sebuah gunung yang  sangat besar. Karena mereka mengetahui keagungan Dzat (Rabb) yang Maha Esa serta  Maha Kuasa dan mengenal hak-hak-Nya, oleh sebab itu, mereka menjadi orang-orang  yang paling takut kepada-Nya di antara manusia.
Kebodohan Akan Keagungan Alloh Adalah Induk  Kemaksiatan
Dari Abul ‘Aliyah, beliau pernah bercerita  bahwa para Shahabat Rosululloh mengatakan, “Setiap  dosa yang dikerjakan seorang hamba, penyebabnya adalah kejahilan.” (Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir, dengan sanad yang  shahih)
Imam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata, “Setiap pelaku kemaksiatan adalah seorang jahil dan setiap orang  yang takut kepada-Nya adalah seorang alim yang taat kepada Alloh. Dia menjadi  seorang yang jahil hanya karena kurangnya rasa takut yang dimilikinya, kalau  saja rasa takutnya kepada Alloh sempurna, pastilah dia tidak akan bermaksiat  kepada-Nya.”
Syirik merupakan kemaksiatan yang terbesar di  antara maksiat yang ada. Tidaklah manusia berbuat syirik kecuali memang karena  ia bodoh dalam pengenalannya terhadap Tuhannya. Oleh karena itu, ketika Nabi Nuh  ‘alaihis salaam mengajak  kaumnya (kepada tauhid) lalu mereka menolaknya, maka beliau pun mengetahui bahwa  penolakan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan mereka akan kebesaran Alloh.  Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Mengapa kamu  tidak percaya akan kebesaran Alloh?” (Nuuh: 13). Ibnu  Abbas berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Kalian  tidak mengetahui keagungan atau kebesaran-Nya.”  (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui beberapa jalan yang saling  menguatkan)
Apa yang dikatakan di atas sangat beralasan,  karena seandainya manusia mengenal Alloh dengan sebenarnya, niscaya mereka tidak  terjerat dalam kesyirikan mempersekutukan Alloh dengan sesuatu. Sebab, segala  kebaikan berada di tangan-Nya, maka bagaimana mungkin mereka bersandar kepada  selain-Nya?
Nama Alloh Semuanya Husna
Nama-nama Alloh semuanya husnaa, maksudnya,  mencapai puncak kesempurnaannya. Karena nama-nama itu menunjukkkan kepada  pemilik nama yang mulia, yaitu Alloh Subhaanahu wa Ta’ala dan juga mengandung  sifat-sifat kesempurnaan yang tidak ada cacat sedikit pun ditinjau dari seluruh  sisinya. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Hanya  milik Alloh-lah nama-nama yang husna.” (Al-A’roof:  18)
Kewajiban kita terhadap nama-nama Alloh ada  tiga, yaitu beriman dengan nama tersebut, beriman kepada makna (sifat) yang  ditunjukkan oleh nama tersebut dan beriman dengan segala pengaruh yang  berhubungan dengan nama tersebut. Maka, kita beriman bahwa Alloh adalah  Ar-Rohiim (Yang Maha  Penyayang), memiliki sifat rahmah (kasih sayang) yang meliputi segala sesuatu dan menyayangi semua  hamba-Nya.
Nama dan Sifat Alloh Tidak Dibatasi Dengan  Bilangan Tertentu
Hal ini berdasarkan sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,  “Aku memohon kepada Engkau dengan semua nama yang  menjadi nama-Mu, baik yang telah Engkau jadikan sebagai nama diri-Mu atau yang  Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau Engkau turunkan dalam  kitab-Mu atau Engkau sembunyikan menjadi ilmu ghaib di sisi-Mu.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim, shahih). Tidak ada seorang pun  yang dapat membatasi dan mengetahui apa yang masih menjadi rahasia Alloh dan  menjadi perkara yang ghaib.
Adapun sabda beliau, “Sesungguhnya Alloh memiliki 99 nama, yaitu seratus kurang satu.  Barangsiapa yang menghafal dan faham maknanya, niscaya masuk  syurga.” (HR. Bukhari-Muslim) tidak menunjukkan  pembatasan nama-nama Alloh dengan bilangan sembilan puluh sembilan. Makna yang  benar adalah, sesungguhnya nama-nama Alloh yang 99 itu, mempunyai keutamaan  bahwa siapa saja yang menhafal dan memahaminya akan masuk syurga.
Demikianlah, semoga kita benar-benar mengenal  Alloh dengan sebenar-benar pengenalan dan mengagungkan Alloh dengan  sebenar-benar pengagungan sehingga bisa menyelamatkan kita dari berbuat syirik  kepada-Nya.
***
 
No comments:
Post a Comment